Senin, 04 Januari 2010

Laporan Buat Abah, Sesepuh MTB

Cc : Adi, my buddy biker, jangan kapok....


Bah...
Waduuh perlu dua kali survey track ini, dari +256 mtr dpl menuju 646mtr dpl dengan jarak 5km lumayan menyesakan. Survey trip ke2 ini akhirnya menjawab pertanyaan besar selama ini... Sampai disinikah kekuatan saya sebelum akhirnya terpaksa TunTun Bike (TTB)??

Berikut saya sampaikan journalnya dengan catatan yang saya rekam di GPS dan di Hati saya:

Tanjakan dari kampung Canggoang ke kampong Cinyirup ini pernah ditanyakan Pak Syamsul (CB) dan saya jawab waktu itu "dahsyat Bang... lain kali saja ya" karena waktu itu trip diikuti oleh para newbie. Sejujurnya track tsb belum khatam saya survey dengan MTB, cuaca hujan merusak traksi ditanjakan dan awan gelap yang menghalangi signal GPS membuat saya urung naik waktu survey kesana 4 bulan lalu.

1 Januari 2010 kemarin, setelah 26km muter muter alun alun ke Gandarasa, Pabrik Sosro terus naik ke Juhut saya putuskan melanjutkan survey tertunda tsb. Sendirian saja menapaki jalur tsb dengan Patrol Kesayangan, cuaca bagus, sepeda fit, tidur semalam cukup (gak ikutan tuh rame rame begadang taon baruan). Akhirnya bismillah...

Kerumunan ibu ibu yang duduk duduk di simpang Canggoang entah sedang menunggu apa semarak menyemangati saya menggenjot dengan guyonan guyonan. Tanjakan dengan karakter makadam sepanjang 150 meter. Batuannya beberapa sudah lepas. Gear sudah di max low. Wheel depan mulai ngangkat ngangkat. Nafas mulai sesak megap megap. Ayoooo tekan handle bar sedikit biar wheel depan tidak ngangkat. Teriakan ibu ibu bak pemandu sorak kesebelasan AREMA makin meriah. Hhhh betul juga tanjakan ini pantas disebut tanjakan nangtung (tanjakan berdiri). 20 meteran lagi sepertinya tanjakan ini berakhir , ohhhhhh gemetar kaki saya, masih dipaksakan dan lewat...bisaaa!!.. Hahhhhh hahhh hahhhh gowes pelan sambil tarik nafas, 30 meter jalan agak datar... ohhhh terimakasih ya Alloh sambil istrirahat pegangan di pagar kebun duren.

Menatap lagi kedepan...... o o o..tampak tanjakan menunggu lebih panjang lagiiiii ....Duhhh bismillah.....
Dengan sisa kekuatan dan rasa makin penasaran, sepeda bergerak digowes lagi, pelan semoga pasti, 50 meter bisa lewat, 100 lagi mulai sesak nafas lagi dan kaki gemetar terusss hah hah hah...”Ha ha ha ha hayooooo teruss genjooot” dari belakang tiba tiba terdengar suara ramai lagi? Hah ibu ibu yang tadi suaranya masih terdengar? Ahh rupanya mereka kini sedang menyusul saya diangkut pick up terbuka ke Cinyirup! Walau sulit tolah toleh, terasa pasti pick up ini sedang menyusul saya pelan sambil bunyi berderit derit dan mesin meraung raung seakan meledek saya yang lagi megap megap. Hayoooo ”katanjak katanjakk....!” seru mereka. Arghh.... gowesan saya usahakan konstan, tidak lagi perlu pedulikan ibu ibu yang ternyata para tukang sayur ini...

Hiiiii.....Tiba tiba teriakan teriakan menjadi histeris.... Ha ha ha pick up tadi rupanya mati mesinnya. Mobil tersendat terganjal ditanjakan dan ha ha ha ha saya coba susul lagi. Hi hi hi saya susul lagi dengan hati mengejek (dikiiit). Kemudian di balik belokan saya berharap bisa ketemu jalan datar, semoga, lumayankan bisa tarik nafas. Tapi salah. Justru semakin terjal dan traksi wheel belakang tiba tiba lepas, sepeda oleng dan ahhhh terpaksa turun.
Meneruskan gowes sangat sulit, terlalu terjal dan traksi ngesot terus. Dibelakang tidak ada lagi jalur buat ancang ancang, terlalu jauh. Tidak mungkin. Ohhhh disinikah batas kekuatan saya yaAllah?

Baju basah oleh keringat yang mengalir deras, nafas makin tersengal dan kaki makin gemetar berdiri disamping sepeda menatap tanjakan yang makin menghadang. Jangankan di gowes, TTB pun entahlah... rasanya pasti menyiksa.... Kembali balik arah? Ketemu ibu ibu tadi? Membawa rasa penasaran yang pasti akan terus menggelitik hingga beberapa hari kedepan? Putus asa ? Ya, Nyaris ...!


Hhhh... diputuskan istirahat dulu, sepeda ditidurkan sekenanya, baju dilepas, helmet, glove semuanya dilepas. Duhh gimana niiih.....! Kemudian terasa hawa dingin mulai mengalir dihembus udara gunung. Angin, suasana dan pemandangan dibelakang, Subhanalloh indahnya. Saya barus sadar dari tadi kalau Pandeglang bisa terlihat dari sini. Check ketinggian di GPS : 596 mdpl. Ho ho ho inilah bonus nya. Alhamdulillah ya Alloh..... segar sekali, indah sekali.

Ambil waktu lagi beberapa menit ahh sepuasnya deh... yang penting biar bisa nikmati suasana ini sambil merenung merefleksi beberapa hal di tahun sudah lewat 2009. Sayup sayup terdengar suara ramai dari bawah. Hah....!? ternyata terlihat ibu ibu sayur tadi rupanya berjalan ramai ramai merayap membawa gendongan sayur dan belanjaan lainnya sarat beban memenuhi punggung hingga bahu mereka. Tidak tampak kelelahan dari ibu ibu ini selain candaan saling meledek dan bahkan mereka tertawa makin keras melihat saya yang sudah pasrah menyerah dihadapan tanjakan Cinyirup ini. Gila! Saya pikir. Jalan saja sudah sulit apalagi dengan beban seperti itu? Mungkin pertimbangan ekonomi dan tanggung jawab serta kasih sayang untuk keluarga yang membuat mereka tetap melakoni deraan tanjakan ini tanpa complain.... Ck.. ck...ck.....

Jujur melihat mereka saya jadi bersemangat lagi, seperti tersuntik tenaga luar biasa, saya bangkit lagi dan menggunakan helmet glove kecuali baju yang sudah basah kuyup. Saya dorong sepeda kesayangan merayap bareng ibu ibu yang memberikan inspirasi ini. Ibu ibu luarbiasa ini, ibu ibu yang tadi saya ejek waktu mobilnya gak kuat nanjak. Bercerita ngaler ngidul dengan mereka lumayan meringankan TTB ini. Mereka seminggu 3 kali bolak balik ke Pandeglang dan kembali lagi ke kampung Cinyirup tempat tinggal mereka.Dikampungnya mereka memiliki warung. Walau jalan sudah pernah diperbaiki tapi karena terlalu nanjak sulit ada angkutan yang bisa mengantar sampai kampung Cinyirup. Ada beberapa Colt PU yang sebenarnya bisa sampai ke tujuan tetapi biasanya lewat lebih pagi. Tidak terasa kami sampai di kampung Ci Nyirup. Satu persatu , memisahkan diri karena sampai dirumahnya. Tinggal saya sendiri yang mulai pulih melanjutkan sepeda di gowes ke Puncak Cinyirup.

Alhamdulillah berhasil sampai di TOP OF THE HILL. Tidak sia sia, walau campur TTB akhirnya bisa tiba di sini. Ketinggian di 663m dpl.Subhanalloh....
Pemandangan makin indah. Hamparan kota Pandeglang dan Cadasari hingga Kota Rangkas Bitung yang sedang dipayungi awan hitam dan hujan sedang turun disana terlihat jelas. Sawah sawah, disebrang sana juga tampak indah. Dari sini saya meyaksikan kehidupan ribuan ekosistem sedang berlangsung dengan cara yang berbeda dibawah sana, seluruhnya dimonitor dan dikontrol oleh satu kekuasaan, tanpa konflik, tanpa luput dari rizki, bahkan setiap tarikan nafas setiap mahluk hidup, dari renik renik hingga manusia yang hidup dialamNya ini semua dikontrolnya.

Saya tersadar ternyata bukan tanjakan yang harus dikalahkan tetapi sifat ego didalam diri. Perlu mema'afkan diri ini karena tidak mampu menaklukan tanjakan Cinyirup dan menerima kebesaran alam yang merupakan representasi kebesaran Maha Pencipta.

Perjalanan dilanjutkan menanjak lagi kearah gunung. Karakternya single track.
Mampir di Masjid, tidak melewatkan sarana pemandian umum yang dialiri air gunung yang terus mengalir.....duhh kembali saya memujaNya sebagaimana seharusnya. Segarnya air ini ya Allah. Tidak mungkin bisa terhitung semua kenikmatan di trip kali ini.

Mengingat hari ini Jumat, dan jam sudah 10.30, saya segera bersiap kembali turun. Pantang kembali kejalur tadi. Seat post diturunkan, Patrol meluncur turun gunung. Terpaksa bertelanjang dada baju masih sangat basah. Lewat ke kampung Kadu Kebo (memutar ke barat), saya tahu di barat lagi ada kampung Pasir Gintung, ada single track, saya arahkan Patrol ke jalur ini. Wuihh single track ini banyak bercabang, bersyukur GPS bisa bantu navigate. Ho ho ho....dahsyat, menukik dan di bawah terdapat jurang berbatu seperti kali namun airnya sedikit. Terus menyelusuri single track dibawah kanopi hutan gunung karang ini. Teduh rimbun tidak terasa hari yang sebenarnya terik. GPS total tertutup signalnya. Jadi ingat... jalur ini seperti Gunung Pinang lewat belakang yang tembus ke Komplek Pejaten. Kalau punya nyali beberapa drop off bisa diterjang. Sempat dicoba he he he... sadar sadar.... lagi sendiri... (kalau jatuh gak ada yang nolong).
Single track ini berakhir di Pasir Gintung jalur dilanjut menukik dijalan makadam ke Kampung Cengkel, sebenarnya jalur ini pernah di aspal. Tetapi karena terlalu terjal tidak ada roda 4 yang bisa lewat. Akhirnya jalur ini seperti single track yang ditumbuhi rumput lebat dikiri kanannya, tapi karakternya aspal kasar dan makadam. Ahhh turunan meliku liku bisa dirasa lebih panjang dan keluar di Pasekon dilanjut ke Cihaseum dan Kebon Kopi, trip survey ini berakhir di Alun alun pandeglang dan kembali parkir di Pondok Nara. Kembali ke peradaban. Sadar setelah melihat orang orang terheran heran......masyaAlloh saya belum sempat pake baju!!!.
Sebelum masuk kandang sepeda, saya masih bisa menatap balik ke Gunung Karang, gunung gagah yang menantang, menjanjikan bonus bonus keindahan bagi siapa saja yang menjelajahinya. Bahkan kesegaran keimanan.

InsyaAllah saya akan kembali.... semoga besok dengan Adi Goweser dari Depok.


Pandeglang, 1 Januari 2010.
Edwin Sumiroza

Track ini cocok bagi :
1. Pecinta XC? Berani turun ...berani nanjak....!
2. IPDN (Ikatan Penggemar Djalur Nanjak).
3. Untuk pecinta turunan AM sangat menjanjikan kedahsyatan. Syaratnya cari pick up yang bisa mengantar sampai ci nyirup. Drivernya jangan goweser, kesian kalo harus balik lagi!