Selasa, 18 Oktober 2011

Guide Aki - aki Narsis… di Cinyurup Vandeglank!

Tit.....Sms Jum’at sore dari Abah TGP : Kang Edwin, Positif 25 orang terdaftar dan loading sepeda untuk trip besok.... ini termasuk teman teman KS.

Minggu pagi pagi yang terbukti hadir justru 28 sepeda, ditambah tuan rumah: saya, junior dan Adi dari Depok jadi 31goweser. Usia rata rata didominasi goweser berumur ½ abad dengan jam terbang yang sudah seabrek, para suhu ini antara lain : Abah Soe, Mbah Kamil, P Hamzah, P Ragil, Arief KS, Wajie CRM, dan goweser gaek lainnya. Yang termuda ya… si Jaysha 14 tahun, bisa beruntung mengais pengalaman menyerap ilmu dari setiap trip mengantar tamu tamu khusunya goweser berpengalaman seperti kali ini.
Jalur disiapkan 80% single track dan country road, jalur aspal hanya diinjak saat menyebrang jalan. Cuaca cerah.

Tanjakan Pemanasan
Setelah diisi sarapan kue jojorong, bakwan dan lontong padat didorong teh manis, gowesers dikumpulkan untuk briefing dan do’a, tepat 08.00 goweser beriringan menuju alun alun, dan langsung pemanasan ke Juhut Hill, menggowes dari elevasi 180 ke 650 m dpl dengan jarak gowes 4,5 km tidak membungkam pecinta tanjakan ini apalagi teriakan anak anak dan ibu ibu (kenapa ibu ibu? Gak tahu emang gak kelihatan para suami sedang dimana….) semua memberikan semangat menonton atraksi penaklukan tanjakan ini makin membuat semangat goweser gaek makin membara.
Bahkan Pak Hamzah dengan kemiringan sepeda 45 derajat malah sempat sempatnya nanya nanya ke ibu ibu yang melongo dipinggir jalan“ Dik, lihat ada tanjakan disini?” Ibu itu malah jadi mangap takjub …. Ck ck ck…. Hebrat si babeh!

Robah Haluan
Semula rencananya pemanasan sejauh 4,5km ini akan berakhir dan dilanjut cooling down 2,5km menurun di single track tanah meliuk liuk bak Ayu Ting ting. Bukan hanya liukan jalur tanahnya yang dahsyat, tetapi jalan cabang jalur setapak ini bisa membuat goweser tersesat dan sering bertanya tanya alamat ‘dimanaaa dimanaaa……..’.

Tapi setelah dirembuk, dalam rangka memuaskan dahaga para aki aki IPDN (Ikatan Pecinta Djalur Nanjak) diputuskan tidak jadi turunkan seat post. Sebenarnya terbesit keraguan dihati, benarkah masih kurang tanjakannya? Benarkah benarkah…? Para aki aki itu serempak menjawab dengan mata berbinar dan mengangguk ngangguk seperti patric dan spong bob “iyyyyaaa, benaaaar….!”

Jalur dilanjut lagi untuk melahap sisa tanjakan yang 1,5km. Gowesers melesat mantap mengarah gunung karang.

Tapi ups…. Dibelakang sweaper lapor terdapat 5 goweser hilang! Rupanya bablas gak sabar dan tergoda Turunan Single Track Ayu Tingting!!! Gawat!!! Disusul tidak mungkin, akhirnya setelah kira kira mereka finish orgasme oleh liukan Ayu Tingting, Pa’ de Dar ditelpon untuk kembali nanjak dan kembali ke jalan yang benar! Pak Dar langsung nyaris semaput! Junior yang menunjukan jalur sesat ini sambil cengengesan mita maaf langsung memandu goweser hilang ini kembali kejalur yang benar, melingkar ke Cicadas karena tidaklah mungkin up hill dijalur turunan Ayu Tingting... He he he turunan tadi perlu dibayar 2km menanjak terjal melewati makadam.

Goweser lain didepan terus ngeboseh dengan low gear. Tanjakan 1,5 km menuju Cinyurup cukup pendek, tetapi mulai menunjukan keganasannya. Roda depan mulai ngangkat ngangkat saat pedaling, apalagi suspensi depan yang tidak di lock. Tapi bukan hanya tenaga yang bedas, aki aki ini penuh akal yang cerdas, sambil sig sag, badan dibungkukan kedepan, bahkan ada yang duduk diujung sadle handle bar terus ditekan menyerah dan tanjakan terus dilahap.
Alam memang bukan untuk dilawan, walau dalam perjalanan penuh deraan tanjakan sirah (tanjakan diatas kepala) satu persatu mulai putus nafas dan perlu cooling down. Belokan diatas cinyurup bukan menyembunyikan turunan, tetapi justru jalan pendakian beralas beton yang membuat goweser bertasbih langsung 5-5! Betis dan paha terasa seperti membatu dan membara. Akhirnya pelan tapi pasti 1,5 km dihabiskan dalam waktu 1,5 jam, Cinyurup Gn Karang bisa digapai GPS menunjukan elevasi : 800 m dpl. Tidak ketinggalan rombongan tersesat pun menyusul satu persatu kembali bergabung di puncak. Sejenak sambil tarik nafas kami menikmati pemandangan dilereng gunung karang nan indah. Terlihat alun alun pandeglang tempat kami start tadi. Hembusan oksigen dari reaktor yang suci bersih. Mendinginkan jiwa raga. Syukur kepada Sang Pencipta, kami diberikan hadiah ini, raga yang fit, dengan kemewahan oksigen yang melimpah... momen ini kami lewati dengan kebersamaan.

Down Hill yang sepadan.
Sama seperti tanjakannya, turun dari Cinyurup bisa dinikmati beberapa cara, ada turunan makadam dan jalur down hill tanah. Jalur down hill yang memikat menjadi pilihan untuk dituruni kali ini. Dulu jalur ini dilewati group TGP saat sedang hujan, tapi kini jalur ini... renyah dan garing! Drop off, sungai kering, akar pohon, pematang kebun dilewati goweser dibawah rindang pohon dengan kecepatan gelundung tinggi.
Aki aki narsis bukan hanya bedas ditanjakan, di pudunan curam tidak ragu merelease rem menikmati meliuk liuk dengan badan rebah dibelakang sadle.

Inilah keunikan jalur turunan Gn Karang, tersembunyi , penuh misteri, hanya dihadiahkan kepada goweser yang sudah menebusnya dengan bayaran sepadan. Sulit terekam GPS karena rapatnya kanopi hutan. Turunan sejenak terputus jalur CR dan kembali dilanjut jalur Turunan Ayu Tingting... goweser tidak terbendung turun melahap drop off terus ke Villa Gandarasa hingga finish di Pdk Nara.

Tercatat 17.8km, semua kembali dalam keadaan sehat walafiat. Disambut Nasi gonjleng, Nasi Timbel dan pesmol, tidak lupa sebelumnya didinginkan dengan es campur mang cawa yang melegenda...

Sore ini saya menulis catatan perjalanan ini sambil sesekali mengurut betis yang masih keras. Tidak mengapa, semakin membuat lengkap kesan kebersamaan di Gn Karang Pandeglang.

Terimakasih atas kunjungannya, para senior berbagi ilmu, saling asih asih mentertawakan diri kita sendiri. Indahnya kebersamaan. Thanks to my junior yang membantu Ayah memandu tamu and Bro Adi yang memberikan hiburan Up Hill Ci Nyurup: cukup Rp.3000.- (pake ojek.. he he he banyak cara ketawa di cinyurup, Di)

Pandeglang, 16 Oktober 2011

Jumat, 27 Mei 2011

SCUBA DIVING COURSE


This post was published to Cinta Alam Indonesia Diving... at 13:46:25 27/05/2011


[Enter Post Title Here]





Kegiatan menyelam untuk profesi apapun harus dimulai dari tahapan dasar yaitu Openwater Diver (Kelas A-1). Untuk kegiatan ini, peserta diharuskan bisa berenang.


Untuk dapat menyelam dengan baik, kita membutuhkan latihan. Latihan tersebut diadakan oleh organisasi selam yang akan mengeluarkan sertifikat selam. Sertifikat tersebut merupakan paspor untuk ke dunia bawah air.


Kegiatan ini akan melatih anda sehingga anda dapat menyelam dengan aman dan menyenangkan serta pada akhir kursus anda akan mendapatkan sertifikat selam yang berlaku internasional.






M A TERI PELA TI H A N D A N SERTI FI K A SI SELA M / SC UBA D I V I N G J EN J A N G O N E- STA R SCUBA DIVER (A1)


Pelatihan dan Sertifikasi Selam Jenjang One-Star SCUBA Diver/ A1


Kegiatan pelatihan peselam bersertifikat A1 terdiri dari 3 program :



1. Pengetahuan Akademis Penyelaman (PAP)


Kegiatan ini dilakukan di ruang kelas. Disini para peserta pelatihan akan mendapatkan pemahaman prinsip-prinsip dasar pengetahuan yang berkaitan dengan penyelaman secara umum yang dibutuhkan sesuai dengan jenjang pemula. Program ini diberikan menjadi 5 bagian, dimana struktur pelajaran pada tiap bagian akan membahas materi spesifik terhadap selam. Materi yang diberikan disini secara simultan akan diterapkan dan saling berkaitan dengan program lainnya. Diakhir program ini, para peserta wajib mengikuti evaluasi tertulis.


























PERTEM UA N



M A TERI



1



Dunia Bawah Air dan Pengenalan Peralatan Selam



2


Hukum-Hukum Gas dan Fisika Selam



3



Aspek MedisPada Penyelaman



4


Penyakit Dekompresi dan Pengenalan Tabel Selam



5



Lingkungan Penyelaman



6



Te st Te r t u l i s





2. La t ih a n Ke t e ra m p ila n Ko la m (LKK)


Kegiatan ini dilakukan di lingkungan perairan terbatas (kolam renang). Disini para peserta pelatihan akan diajarkan untuk adaptasi awal dengan alat-alat selam yang digunakan, serta dasar keterampilan yang dibutuhkan untuk melakukan penyelaman secara aman.



Latihan ini terdiri dari 6 kali pertemuan. Diakhir program ini, para peserta wajib mengikuti


evaluasi kolam.


























PERTEM UA N


M A TERI



1


Pengenalan Skin diving, cara bernafas dengan snorkel teknik membilas masker dan snorkel (clearing) dan berenang menggunakan fins.


2


Teknik masuk air ( giant Stride, sitting front entry, back roll), teknik


surface dive, teknik mengambang (floating) dan water trappen.


3


Pe rsia p a n p e ra kit a n a la t SC UBA , p e m a ka ia n a la t SC UBA d i permukaan, bernafas dengan regulator, masker clearing, regulator clearing, regulator recovery, membuka dan memakai alat (BCD dan weight belt) di dasar kolam dan fin pivotting.


4


Mengulang materi sebelumnya, cara masuk giant stride, octopus sharing dan buddy breathing, hovering, pelepasan dan perawatan peralatan.


5


Mengulang materi sebelumnya, Pre-Dive Safety Check (PDSC), cara masuk back roll, free flow, simulasi kram kaki, tired diver tow dan naik darurat terkontrol.


6


Te st Ke m a m p u a n Ko la m



3. Latihan Perairan Terbuka (LPT) / Test Kemampuan Laut


Kegiatan ini dilakukan di perairan terbuka (laut). Disini para peserta pelatihan akan dibimbing untuk menerapkan keterampilan yang telah didapat pada program Latihan Keterampilan Kolam serta mempraktekkan penyelaman pada kondisi nyata. Program ini terdiri dari 3 kali penyelaman, 1 penyelaman bebas (skin diving) dan 2 penyelaman SCUBA. Program ini menentukan kelayakan peserta pelatihan dalam menerima sertifikat internasional selam POSSI-CMAS.


4. Biaya Pelatihan & Sertifikasi


u Pelatihan A-1 : Rp. 3,500,000.-


u Meliputi biaya kolam renang, Instructor, peralatan selam dan selam dasar, sertifikasi dan biaya openwater.


u Exclude : Pre Course (Bagi yang belum bisa berenang 400rb / paket selama 5 kali pertemuan dan tiket kolam renang).


Kegiatan menyelam untuk profesi apapun harus dimulai dari tahapan dasar yaitu Openwater Diver (Kelas A-1). Untuk kegiatan ini, peserta diharuskan bisa berenang.

Untuk dapat menyelam dengan baik, kita membutuhkan latihan. Latihan tersebut diadakan oleh organisasi selam yang akan mengeluarkan sertifikat selam. Sertifikat tersebut merupakan paspor untuk ke dunia bawah air.

Kegiatan ini akan melatih anda sehingga anda dapat menyelam dengan aman dan menyenangkan serta pada akhir kursus anda akan mendapatkan sertifikat selam yang berlaku internasional.


 


 


 


 

M A TERI PELA TI H A N D A N SERTI FI K A SI SELA M / SC UBA D I V I N G J EN J A N G O N E- STA R SCUBA DIVER (A1)

Pelatihan dan Sertifikasi Selam Jenjang One-Star SCUBA Diver/ A1

Kegiatan pelatihan peselam bersertifikat A1 terdiri dari 3 program :


 

1. Pengetahuan Akademis Penyelaman (PAP)

Kegiatan ini dilakukan di ruang kelas. Disini para peserta pelatihan akan mendapatkan pemahaman prinsip-prinsip dasar pengetahuan yang berkaitan dengan penyelaman secara umum yang dibutuhkan sesuai dengan jenjang pemula. Program ini diberikan menjadi 5 bagian, dimana struktur pelajaran pada tiap bagian akan membahas materi spesifik terhadap selam. Materi yang diberikan disini secara simultan akan diterapkan dan saling berkaitan dengan program lainnya. Diakhir program ini, para peserta wajib mengikuti evaluasi tertulis.


 

PERTEM UA N

M A TERI

1

Dunia Bawah Air dan Pengenalan Peralatan Selam

2

Hukum-Hukum Gas dan Fisika Selam

3

Aspek MedisPada Penyelaman

4

Penyakit Dekompresi dan Pengenalan Tabel Selam

5

Lingkungan Penyelaman

6

Te st Te r t u l i s


 


 

2. La t ih a n Ke t e ra m p ila n Ko la m (LKK)

Kegiatan ini dilakukan di lingkungan perairan terbatas (kolam renang). Disini para peserta pelatihan akan diajarkan untuk adaptasi awal dengan alat-alat selam yang digunakan, serta dasar keterampilan yang dibutuhkan untuk melakukan penyelaman secara aman.


 

Latihan ini terdiri dari 6 kali pertemuan. Diakhir program ini, para peserta wajib mengikuti

evaluasi kolam.


 

PERTEM UA N  

M A TERI

1 

Pengenalan Skin diving, cara bernafas dengan snorkel teknik membilas masker dan snorkel (clearing) dan berenang menggunakan fins.

2 

Teknik masuk air ( giant Stride, sitting front entry, back roll), teknik

surface dive, teknik mengambang (floating) dan water trappen.  

3 

Pe rsia p a n p e ra kit a n a la t SC UBA , p e m a ka ia n a la t SC UBA d i permukaan, bernafas dengan regulator, masker clearing, regulator clearing, regulator recovery, membuka dan memakai alat (BCD dan weight belt) di dasar kolam dan fin pivotting.

4 

Mengulang materi sebelumnya, cara masuk giant stride, octopus sharing dan buddy breathing, hovering, pelepasan dan perawatan peralatan.

5 

Mengulang materi sebelumnya, Pre-Dive Safety Check (PDSC), cara masuk back roll, free flow, simulasi kram kaki, tired diver tow dan naik darurat terkontrol.

6 

Te st Ke m a m p u a n Ko la m


 

3. Latihan Perairan Terbuka (LPT) / Test Kemampuan Laut

Kegiatan ini dilakukan di perairan terbuka (laut). Disini para peserta pelatihan akan dibimbing untuk menerapkan keterampilan yang telah didapat pada program Latihan Keterampilan Kolam serta mempraktekkan penyelaman pada kondisi nyata. Program ini terdiri dari 3 kali penyelaman, 1 penyelaman bebas (skin diving) dan 2 penyelaman SCUBA. Program ini menentukan kelayakan peserta pelatihan dalam menerima sertifikat internasional selam POSSI-CMAS.

4. Biaya Pelatihan & Sertifikasi

  • Pelatihan A-1 : Rp. 3,500,000.-
  • Meliputi biaya kolam renang, Instructor, peralatan selam dan selam dasar, sertifikasi dan biaya openwater.
  • Exclude : Pre Course (Bagi yang belum bisa berenang 400rb / paket selama 5 kali pertemuan dan tiket kolam renang).

Senin, 31 Januari 2011

Mereka & Kami

-Postingan M. Nur Pratama
Siswa Penggiat Bike To School:

Sehari hari menahan diri dari gelitikan 'konsumtif' bermotor ke sekolah,
Setiap hari meringis diperlakukan tidak adil di belantara lalulintas kota,
Setiap hari tabah dikentuti polusi knalpot rakus bbm.
Bukan, bukan kami tidak punya motor, bukan pula kami tidak mampu membeli bbm,
Hanya yang kami tahu, BBM akan habis dalam waktu singkat, disia-siakan kemacetan dan kemanjaan kota,
Semoga masih tersisa untuk adik adik kami esok......


Kami hanya bisa senyum melihat tingkah mereka. Tanpa sombong atau apapun, kami tidak punya lampu Kami hanya bisa senyum melihat tingkah mereka. Tanpa sombong atau apapun, kami tidak punya lampu “sign” untuk belok kanan atau kiri, tapi kami punya tangan dan kami tahu kapan mereka lewat serta apa yang harus kami lakukan, kami juga memakai helm, walau kami tahu 25km/jam itu adalah kecepatan maksimal kami di jalan raya, kami pun tahu kalau peraturan dibuat hanya berlaku untuk mereka, tapi haram bagi kami untuk melanggar peraturan tersebut.
Mereka dengan angkuh mengabaikan “bangjo”, kami hanya tertawa melihat kelakuan mereka dari samping. Sungguh rusak mereka, begitu pula dengan bangsa kita. Peraturan dibuat untuk dilanggar, anggapan mereka seakan acuh terhadap segalanya. Nyawa kami jauh lebih berharga daripada mereka, karena kami menghargai hidup, kami menghormati diri kami, berbeda dengan mereka.
Uang bukanlah alasan bagi mereka untuk bersikap angkuh. Kami tahu kalau kami tidak kena bayaran, tapi kami segan untuk meminta jalan dari mereka. Mengalah hanya satu-satunya jalan yang kami dapat lakukan, bukan yang lain. Luas 1×1,5 meter tidaklah besar bagi mereka, walau kami pun tahu kalau kami juga menghasilkan limbah karbon dioksida, sama dengan mereka. Percaya tak percaya, maka percayalah!

Jumat, 28 Januari 2011

Gowes Pandeglang Dengan Senior CAI







Dear Goweser dan agan agan lain,
Setelah khatam gowes juz I (baca serie satu) , gowes Kerukunan juz II (baca serie dua) di ulang lagi di Pandeglang.
Yang datang walau usia senior, tetapi kelas badak semua. Tanjakan, turunan dilahap habis,
Elevasi dari 178 meter dpl hingga 650 meter dpl, bersahabat bukan?
Jumlah jarak 21km dengan karakter jalan aspal desa, single track (pinggir sungai, tanggul sawah, kebun dan hutan), maaf kepada peserta.....atas permintaan salah seorang peserta jalur aspal mulus hanya diseberangi saja....

Jam 07.00 rombongan sudah mulai unloading di depan Pondok Nara, wah cuaca bersahabat, terang, walau semalam hujan turun kami syukuri saja sebagai pembersihan track yang akan dilalui.

Sebelum start Mas Andri minta jatah isi tanki dengan teh manis dan pisgor + odading dibonusi dengan bacang.
Belum cukup juga, beliau minta plastik dan memasukan sisa yang ada di tampah ke dalam tas gendong.
Hiks..... ini sebagai penutup kekecewaan karena nasi goreng sea food Pondok tidak keluar katanya.

Group setelah berdoa, langsung line up, mutari alun alun, permisi ke mbahurekso gn karang... (tukang es maksudnya, sekalian pesen 5 porsi es campur buat nanti finish).

Jalur pedesaan langsung dilahap, menyapa anak anak kecil yang berlarian mengejar "sepeda gigi!!" teriak mereka (maksudnya sepedanya ada pemindah gigi nya). Jalanan basah, duuh beberapa ruas ini dulunya makadam yang enak dilahap pake hi speed sambil ajrut ajrutan, sekarang sudah diaspal dengan pasir batu. Tetapi buat sebagaian goweser sih masih tetap jadi track dambaan.

Tetapi tidak lama, group masuk ke single track (jalur setapak) tanah, menurun, ada tangga dari akar tanah... dan lumayan panjang.
Om Rustam unjuk kebolehan, semua goweser diminta turunkan seat post (tempat duduk) pada max down, gunanya agar lincah dan menghindari salto saat menukik diturunan. "Rebahkan beban di belakang" demikian instruksinya. Wah perhatian banget om satu ini.

Hasilnya lumayan manjur! Semua selamat dibawah.... walau ada juga yang nuntun....
Wah alhamdulullah jazakumullohu khoiron, Yang penting selamet....

Track dilanjut ke jalur kebun, hingga ada tanggul sawah. Goweser yang badannya besar dan agak kurang lincah (terganjal magic jar di pinggang) harus membayarnya dengan mandi disawah, nemanin kebo mandi.....

Uchin yang sedang berada di kota Palu sempat merasakan getarannya, dan mengkonfirmasi apakah ada hubungannya dengan trip Pandeglang kali ini? Yes, 86! demikian dikonfirmasi om Rustam, gempa berkekuatan 5,8 SR bersumber dari kebo / eh goweser jatuh barusan....

Ada juga break time di jalur pedesaan Pasauran, semua bekal dilahap habis. Mas Andri kini yang unjuk kebolehan mengalahkan yang lain....

Hingga setelah break, tiba tiba mas Paryanto perlu pertolongan segera karena sudah tidak kuat ingin buang hajat. Agak repot karena penduduk hanya memberinya cangkul (dol bon). Walah.... padahal sudah pembukaan 9 !!!

Tidak menyerah, rombongan menggowes mengejar pak Paryanto yang ngacir full speed didepan mencari pertolongan 'toilet' yang lumayan layak. Akhirnya 3km kemudian setelah menerjang jalur kebun dan hutan jati, kami menemukan gedung Diklat Provinsi, yang memiliki sarana 'melahirkan' yang nyaman.. Hahhhhhhhhh akhirnya.....selamat ya pak... ikut lega nih!!

Sepanjang perjalanan goweser selain tarik nafas, saling hibur, ketawa ketiwi tidak lupa saling bernasihat, sepintas terpikir oleh kami nasib generasi penerus putra putri / adik adik kami yang mungkin ingin juga berkomunitas seperti kami, bergaul sesama dalam komunitas, bernasihat, saling menjaga, saling berbagi ilmu, saling memberi (walau sekedar pisang goreng, bacang dan jajanan di perjalanan). Para bapak bapak saja senang berkomunitas, apalagi anak anak remaja..... dimana dan bersama siapa mereka bergaul menimba ilmu pengalaman dalam menjaga keimanan?

Timbulah niatan bersama, gowes juz III akan kita buat lebih meriah, mengajak goweser remaja yang setelah didata lumayan banyak, biar lebih rame dan dapat dijadikan ajang bersilaturahim mengasah asih 6 tobiat luhur...


Tepat jam 12.00 group selesai menuruni beberapa drop off dari pepohonan dan akar gunung karang, kami finish di tempat semula. mampir di es mbah rekso gn karang, Trip ditutup dengan nasi timbel Pondok Nara.
Group setelah mandi dan sholat, kembali ke Serang, Kramatwatu dan Cilegon, alhamdulillah selamat tidak kurang suatu apapun. Kecuali pengalaman, kesan dan ilmu yang bertambah.

Selasa, 04 Januari 2011

BELAJAR DARI KEKALAHAN

“Jika Anda belajar sesuatu dari kekalahan,
sesungguhnya Anda tidak kalah” ( Zig Ziglar )

Saat Anda “merasa” kalah, lakukan berikut:
- Duduk diam dan tarik nafas panjang
- Cari penyebab kekalahan tersebut (cepat saja)
- Ambil pelajaran dari kekalahan itu
- Pejamkan mata: Tersenyumlah dan bersyukur
- Hembuskan nafas secepat mungkin
- Bangkit dan lompatlah setinggi mungkin!

“Jika Anda belajar sesuatu dari kekalahan,
sesungguhnya Anda tidak kalah”
Pasti ada hikmah dari setiap kejadian, walau diberi nama “kalah”.

Surat Untuk Firman Utina


(Tulisan ini saya dari milist sahabat yang tidak mencantumkan siapakah penulis artikel menginspirasi ini)

Kawan, kita sebaya. Hanya bulan yang membedakan usia. Kita tumbuh di tengah sebuah generasi dimana tawa bersama itu sangat langka. Kaki kita menapaki jalan panjang dengan langkah payah menyeret sejuta beban yang seringkali bukan urusan kita. Kita disibukkan dengan beragam masalah yang sialnya juga bukan urusan kita. Kita adalah anak-anak muda yang dipaksa tua oleh televisi yang tiada henti mengabarkan kebencian. Sementara adik-adik kita tidak tumbuh sebagaimana mestinya, narkoba politik uang membunuh nurani mereka. Orang tua, pendahulu kita dan mereka yang memegang tampuk kekuasaan adalah generasi gagal. Suatu generasi yang hidup dalam bayang-bayang rencana yang mereka khianati sendiri. Kawan, akankah kita berhenti lantas mengorbankan diri kita untuk menjadi seperti mereka?
Di negeri permai ini, cinta hanyalah kata-kata sementara benci menjadi kenyataan. Kita tidak pernah mencintai apapun yang kita lakukan, kita hanya ingin mendapatkan hasilnya dengan cepat. Kita tidak mensyukuri berkah yang kita dapatkan, kita hanya ingin menghabiskannya. Kita enggan berbagi kebahagiaan, sebab kemalangan orang lain adalah sumber utama kebahagiaan kita. Kawan, inilah kenyataan memilukan yang kita hadapi, karena kita hidup tanpa cinta maka bahagia bersama menjadi langka. Bayangkan adik-adik kita, lupakan mereka yang tua, bagaimana mereka bisa tumbuh dalam keadaan demikian. Kawan, cinta adalah persoalan kegemaran. Cinta juga masalah prinsip. Bila kau mencintai sesuatu maka kau tidak akan peduli dengan yang lainnya. Tidak kepada poster dan umbul-umbul, tidak kepada para kriminal yang suka mencuci muka apalagi kepada kuli kamera yang menimbulkan kolera. Cinta adalah kesungguhan yang tidak dibatasi oleh menang dan kalah.
Hari-hari belakangan ini keadaan tampak semakin tidak menentu. Keramaian puluhan ribu orang antre tidak mendapatkan tiket. Jutaan orang lantang bersuara demi sepakbola. Segelintir elit menyiapkan rencana jahat untuk menghancurkan kegembiraan rakyat. Kakimu, kawan, telah memberi makna solidaritas. Gocekanmu kawan, telah mengundang tarian massal tanpa saweran. Terobosanmu, kawan, menghidupkan harapan kepada adik-adik kita bahwa masa depan itu masih ada. Tendanganmu kawan, membuat orang-orang percaya bahwa kata "bisa" belum punah dari kehidupan kita. Tetapi inilah buruknya hidup di tengah bangsa yang frustasi, semua beban diletakkan ke pundakmu. Seragammu hendak digunakan untuk mencuci dosa politik. Kegembiraanmu hendak dipunahkan oleh iming-iming bonus dan hadiah.
Di Bukit Jalil kemarin, ada yang mengatakan kau terkapar, tetapi aku percaya kau tengah belajar. Di Senayan esok, mereka bilang kau akan membalas, tetapi aku berharap kau cukup bermain dengan gembira.
Firman Utina, kapten tim nasional sepak bola Indonesia, bermain bola lah dan tidak usah memikirkan apa-apa lagi. Sepak bola tidak ada urusannya dengan garuda di dadamu, sebab simbol hanya akan menggerus kegembiraan. Sepak bola tidak urusannya dengan harga diri bangsa, sebab harga diri tumbuh dari sikap dan bukan harapan. Di lapangan kau tidak mewakili siapa-siapa, kau memperjuangkan kegembiraanmu sendiri. Di pinggir lapangan, kau tidak perlu menoleh siapa-siapa, kecuali Tuan Riedl yang percaya sepak bola bukan dagangan para pecundang.
Berlarilah Firman, Okto, Ridwan dan Arif, seolah-olah kalian adalah kanak-kanak yang tidak mengerti urusan orang dewasa.
Berjibakulah Maman, Hamzah, Zulkifli dan Nasuha seolah-olah kalian mempertahankan kegembiraan yang hendak direnggut lawan.
Tenanglah Markus, gawang bukan semata-mata persoalan kebobolan tetapi masalah kegembiraan membuyarkan impian lawan.
Gonzales dan Irvan, bersikaplah layaknya orang asing yang memberikan contoh kepada bangsa yang miskin teladan.
Kawan, aku berbicara tidak mewakili siapa-siapa. Ini hanyalah surat dari seorang pengolah kata kepada seorang penggocek bola. Sejujurnya, kami tidak mengharapkan Piala darimu. Kami hanya menginginkan kegembiraan bersama dimana tawa seorang tukang becak sama bahagianya dengan tawa seorang pemimpin Negara. Tidak, kami tidak butuh piala, bermainlah dengan gembira sebagaimana biasanya. Biarkan bola mengalir, menarilah kawan, urusan gol seringkali masalah keberuntungan. Esok di Senayan, kabarkan kepada seluruh bangsa bahwa kebahagiaan bukan urusan menang dan kalah. Tetapi kebahagiaan bersumber pada cinta dan solidaritas. Berjuanglah layaknya seorang laki-laki, kawan. Adik-adik kita akan menjadikan kalian teladan!

Teladan seorang ayah

Yang ayah wariskan kepada anak-anaknya bukan kata-kata atau kekayaan, tetapi sesuatu yang tak terucapkan yaitu teladan sebagai seorang pria dan seorang ayah - Will Rogers
Setahuku, botol acar besar itu selalu ada di lantai di samping lemari di kamar orangtuaku. Sebelum tidur, Ayah selalu mengosongkan kantong celananya lalu memasukkan semua uang recehnya ke dalam botol itu. Sebagai anak kecil, aku senang mendengar gemerincing koin yang dijatuhkan ke dalam botol itu. Bunyi gemericingnya nyaring jika botol itu baru terisi sedikit. Nada gemerincingnya menjadi rendah ketika isinya semakin penuh. Aku suka jongkok di lantai di depan botol itu, mengagumi keping-keping perak dan tembaga yang berkilauan seperti harta karun bajak laut ketika sinar matahari menembus jendela kamar tidur.
Jika isinya sudah penuh, Ayah menuangkan koin-koin itu ke meja dapur, menghitung jumlahnya sebelumnya membawanya ke bank. Membawa keping-keping koin itu ke bank selalu merupakan peristiwa besar. Koin-koin itu ditata rapi di dalam kotak kardus dan diletakkan di antara aku dan Ayah di truk tuanya. Setiap kali kami pergi ke bank, Ayah memandangku dengan penuh harap. "Karena koin-koin ini kau tidak perlu kerja di pabrik tekstil. Nasibmu akan lebih baik daripada nasibku. Kota tua dan pabrik tekstil disini takkan bisa menahanmu." Setiap kali menyorongkan kotak kardus berisi koin itu ke kasir bank, Ayah selalu tersenyum bangga. "Ini uang kuliah putraku. Dia takkan bekerja di pabrik tekstil seumur hidup seperti aku."
Pulang dari bank, kami selalu merayakan peristiwa itu dengan membeli es krim. Aku selalu memilih es krim cokelat. Ayah selalu memilih yang vanila. Setelah menerima kembalian dari penjual es krim, Ayah selalu menunjukkan beberapa keping koin kembalian itu kepadaku. "Sampai di rumah, kita isi botol itu lagi."
Ayah selalu menyuruhku memasukkan koin-koin pertama ke dalam botol yang masih kosong. Ketika koin-koin itu jatuh bergemerincing nyaring, kami saling berpandangan sambil tersenyum. "Kau akan bisa kuliah berkat koin satu penny, nickle, dime, dan quarter," katanya. "Kau pasti bisa kuliah. ayah jamin."
Tahun demi tahun berlalu. Aku akhirnya memang berhasil kuliah dan lulus dari universitas dan mendapat pekerjaan di kota lain. Pernah, waktu mengunjungi orangtuaku, aku menelepon dari telepon di kamar tidur mereka. Kulihat botol acar itu tak ada lagi. Botol acar itu sudah menyelesaikan tugasnya dan sudah di pindahkan entah ke mana. Leherku serasa tercekat ketika mataku memandang lantai di samping lemari tempat botol acar itu biasa di letakkan.
Ayahku bukan orang yang banyak bicara, dia tidak pernah menceramahi aku tentang pentingnya tekad yang kuat, ketekunan, dan keyakinan. Bagiku, botol acar itu telah mengajarkan nilai-nilai itu dengan lebih nyata daripada kata-kata indah.
Setelah menikah, kuceritakan kepada Susan, istriku, betapa pentingnya peran botol acar yang tampaknya sepele itu dalam hidupku. Bagiku, botol acar itu melambangkan betapa besarnya cinta Ayah padaku. Dalam keadaan keuangan sesulit apa pun, setiap malam Ayah selalu mengisi botol acar itu dengan koin. Bahkan di musim panas ketika ayah diberhentikan dari pabrik tekstil dan Ibu terpaksa hanya menyajikan buncis kalengan selama berminggu-minggu, satu keping pun tak pernah di ambil dari botol acar itu. Sebaliknya, sambil memandangku dari seberang meja dan menyiram buncis itu dengan saus agar ada rasanya sedikit, Ayah semakin meneguhkan tekadnya untuk mencarikan jalan keluar bagiku. "Kalau kau sudah tamat kuliah," katanya dengan mata berkilat-kilat, "kau tak perlu makan buncis kecuali jika kau memang mau."
Liburan Natal pertama setelah lahirnya putri kami Jessica, kami habiskan di rumah orangtuaku. Setelah makan malam, Ayah dan Ibu duduk berdampingan di sofa, bergantian memandangku cucu pertama mereka. Jessica menagis lirih. Kemudian susan mengambilnya dari pelukan Ayah. "Mungkin popoknya basah," kata Susan, lalu dibawanya Jessica ke kamar tidur orangtuaku untuk di ganti popoknya.
Susan kembali ke ruang keluarga denga mata berkaca-kaca. Dia meletakkan Jessica ke pangkuan Ayah, lalu menggandeng tanganku dan tanpa berkata apa-apa mengajakku ke kamar. "Lihat," katanya lembut, matanya memandang lantai di samping lemari. Aku terkejut. Di lantai, seakan tidak pernah di singkirkan, berdiri botol acar yang sudah tua itu. Di dalamnya ada beberapa keping koin. Aku mendekati botol itu, merogoh saku celanaku, dan mengeluarkan segenggam koin. Dengan perasaan haru, kumasukkan koin-koin itu kedalam botol. Aku mengangkat kepala dan melihat Ayah. Dia menggendong Jessica dan tanpa suara telah masuk ke kamar. Kami berpandangan. Aku tahu, Ayah juga merasakan keharuan yang sama. Kami tak kuasa berkata-kata.
Sebuah cerita yang luar biasa bukan ? Inilah sebuah cerita yang menunjukkan besarnya cinta seorang ayah ke anaknya agar anaknya memperoleh nasib yang jauh lebih baik dari dirinya. Tetapi dalam prosesnya, Ayah ini tidak saja menunjukkan cintanya pada anaknya tetapi juga menunjukkan sesuatu yang sangat berharga yaitu pelajaran tentang impian, tekad, teladan seorang ayah, disiplin dan pantang menyerah. Saya percaya anaknya belajar semua itu walaupun ayahnya mungkin tidak pernah menjelaskan semua itu karena anak belajar jauh lebih banyak dari melihat tingkah laku orangtuanya dibanding apa yang dikatakan orangtuanya. Semoga cerita ini menginspirasi kita semua.

Selasa, 02 Februari 2010

Survey Ci Nyirup Track, It's not just about GOWES..


Laporan Buat Abah, Sesepuh MTB



Abah...
Waduuh perlu dua kali survey track ini, dari +256 mtr dpl menuju 646mtr dpl dengan jarak 5km lumayan menyesakan. Survey trip ke2 ini akhirnya menjawab pertanyaan besar selama ini... Sampai disinikah kekuatan saya sebelum akhirnya terpaksa tepar TunTun Bike (TTB)??

Berikut saya sampaikan journalnya dengan catatan yang saya rekam tidak hanya di GPS saja Bah, bahkan dicatat di “Hati” saya (he he he daleeem…):

Tanjakan dari kampung Cangkoang ke kampung Cinyirup ini pernah ditanyakan Pak Syamsul (CB) dan saya jawab waktu itu "dahsyat Bang... lain kali saja ya" karena waktu itu trip diikuti oleh para newbie. Sejujurnya track tsb belum khatam saya survey dengan MTB, cuaca hujan merusak traksi ditanjakan dan awan gelap yang menghalangi signal GPS membuat saya urung naik waktu survey kesana 4 bulan lalu.

1 Januari 2010, setelah 26km muter muter alun alun ke Gandarasa, Pabrik Sosro terus naik ke Juhut saya putuskan melanjutkan survey tertunda tsb. Sendirian saja menapaki jalur tsb dengan Patrol Kesayangan, cuaca bagus, sepeda fit, tidur semalam cukup (gak ikutan tuh rame rame begadang taon baruan). Akhirnya bismillahirrohmannirrohiim...

Kerumunan ibu ibu yang duduk duduk di simpang Canggoang entah sedang menunggu apa semarak menyemangati saya menggenjot dengan guyonan guyonan. Tanjakan dengan karakter makadam sepanjang 150 meter. Batuannya beberapa sudah lepas. Gear sudah di max low. Wheel depan mulai ngangkat ngangkat. Nafas mulai sesak megap megap. Ayoooo tekan handle bar sedikit biar wheel depan tidak ngangkat, tapi jangan berdiri biar traksi tetap dapet. Teriakan ibu ibu bak pemandu sorak kesebelasan AREMA makin meriah. Huhhh betul juga tanjakan ini pantas disebut tanjakan nangtung (tanjakan berdiri). 20 meteran lagi sepertinya tanjakan ini berakhir , ohhhhhh gemetar kaki saya, masih coba dipaksakan dan lewat...bisaaa!!.. Hahhhhh hahhh hahhhh gowes pelan terus sambil tarik nafas, 30 meter jalan agak datar... ohhhh terimakasih ya Alloh sambil berhenti istrirahat pegangan di pagar kebun duren. Masih gemetar. Bahkan pagar yang saya pegang ikut gemetar...

Menatap lagi kedepan...... argghhhh!..tampak tanjakan menunggu lebih panjang lagiiiii ....Duhhh tapi bismillah saja.....
Dengan sisa kekuatan dan rasa makin penasaran, sepeda bergerak digowes lagi, pelan semoga pasti, 50 meter bisa lewat, 100 lagi mulai sesak nafas lagi dan kaki gemetar terusss hah hah hah...”Ha ha ha ha hayooooo teruss genjooot” dari belakang tiba tiba terdengar suara ramai lagi? Hah...? ibu ibu yang tadi suaranya masih terdengar? Ahh rupanya mereka kini sedang berada diatas diangkutan terbuka merayap menyusul saya. Rupanya ibu ibu ini mau ke Cinyirup juga. Walau sulit tolah toleh, terasa pasti pick up ini berhasil menyusul saya pelan sambil bunyi berderit derit dan mesin meraung raung seakan meledek saya yang lagi megap megap. Hayoooo ”katanjak katanjakk nong....!” seru mereka. Arghh.... gowesan saya usahakan konstan, tidak lagi perlu pedulikan ibu ibu yang ternyata para ibu ibu penjual sayur ini...

Hiiiii.....Tiba tiba teriakan teriakan menjadi histeris.... Ha ha ha rupanya pick up tadi mati mesinnya didepan saya. Mobil tersendat terganjal ditanjakan dan ha ha ha ha saya coba susul lagi. Hi hi hi... saya susul lagi dengan hati mengejek (dikiiit, sukuriiin... sukuriiin....!). Kemudian didepan ada belokan, saya berharap disana bisa ketemu jalan datar, semoga, lumayan kan bisa tarik nafas. Tapi argh...!salah! Justru semakin terjal! dan traksi wheel belakang tiba tiba lepas, sepeda oleng dan ahhhh terpaksa turun.
Meneruskan gowes sangat sulit, terlalu terjal dan traksi ngesot terus. Dibelakang tidak ada lagi jalur buat ancang ancang, terlalu jauh. Tidak mungkin. Ohhhh disinikah batas kekuatan saya yaAllah?

Baju basah oleh keringat yang mengalir deras, nafas makin tersengal megap megap dan kaki makin gemetaran berdiri disamping sepeda menatap tanjakan yang makin menghadang. Jangankan di gowes, TTB pun entahlah... rasanya pasti menyiksa.... Kembali balik arah? Ketemu ibu ibu tadi? Membawa rasa penasaran yang pasti akan terus menyiksa hingga beberapa hari kedepan? Putus asa ? Ya, Nyaris ...!


Hhhh... diputuskan istirahat dulu, sepeda ditidurkan sekenanya, baju dilepas, helmet, glove semuanya dilepas. Duhh gimana niiih.....! Kemudian terasa hawa dingin mulai mengalir dihembus udara gunung. Angin, suasana dan saat melihat kebelakang pemandangan dibelakang, Subhanalloh....indahnya! Saya barus sadar dari tadi kalau kota Pandeglang bisa terlihat dari sini. Check ketinggian di GPS : 596 mdpl. Ohhh..... mungkin inilah bonus nya. Alhamdulillah ya Alloh..... segar sekali, indah sekali.

Ambil waktu lagi beberapa menit ahh sepuasnya deh... yang penting biar bisa nikmati suasana ini sambil merenung merefleksi beberapa hal di tahun yang sudah lewat thn 2009. Kemudian sayup sayup terdengar suara ramai dari bawah. Hah....!? ternyata terlihat ibu ibu sayur tadi rupanya berjalan ramai ramai merayap membawa gendongan sayur dan belanjaan lainnya sarat beban memenuhi punggung hingga bahu mereka. Entah dimana kendaraan pick up tadi, sepertinya tidak kuat naik. Tapi tidak tampak kelelahan dari ibu ibu ini selain candaan saling meledek dan bahkan mereka tertawa, terus tertawa makin keras melihat saya yang sudah tepar nyaris pasrah menyerah dihadapan tanjakan Cinyirup ini. Gila! Saya pikir. Jalan saja sudah sulit apalagi dengan beban seperti itu? Mungkin pertimbangan ekonomi dan tanggung jawab serta kasih sayang untuk keluarga yang membuat mereka tetap melakoni deraan tanjakan ini tanpa complain.... Ck.. ck...ck.....

Jujur melihat mereka saya jadi bersemangat lagi, seperti tersuntik tenaga luar biasa, saya bangkit lagi dan menggunakan helmet glove kecuali baju yang sudah basah kuyup. Saya dorong sepeda kesayangan merayap bareng ibu ibu yang memberikan inspirasi ini. Ibu ibu luar biasa ini, ibu ibu yang tadi saya ejek waktu mobilnya gak kuat nanjak. Bercerita ngaler ngidul dengan mereka lumayan meringankan TTB ini. Mereka seminggu 3 kali bolak balik ke Pandeglang dan kembali lagi ke kampung Cinyirup tempat tinggal mereka. Dikampungnya mereka memiliki warung. Walau jalan sudah pernah diperbaiki tapi karena terlalu nanjak sulit ada angkutan yang bisa mengantar sampai kampung Cinyirup. Ada beberapa mobil pick up yang sebenarnya bisa sampai ke tujuan tetapi biasanya lewat lebih pagi. Tidak terasa kami sampai di kampung Ci Nyirup. Satu persatu , memisahkan diri karena sampai dirumahnya, disambut teriakan anak anak mereka. Hebat... merekalah para super woman dari Cinyirup. Tinggal saya sendiri yang mulai pulih melanjutkan sepeda di gowes ke Puncak Cinyirup.

Alhamdulillah, berhasil sampai di TOP OF THE HILL. Tidak sia sia, walau campur TTB akhirnya bisa tiba di sini. Ketinggiannya sih hanya di 663m dpl tapi subhanalloh....
Pemandangan ini indah, indaah….sekali. Hamparan kota Pandeglang dan Cadasari hingga Kota Rangkas Bitung yang sedang dipayungi awan hitam dan hujan sedang turun disana terlihat jelas. Sawah sawah, disebrang sana juga tampak melengkapi harmoni keindahan. Dari sini saya menyadari kehidupan ribuan ekosistem sedang berlangsung dengan cara yang berbeda dibawah sana, ada yang menerima hujan, ada yang bermandikan panas matahari, seluruhnya dimonitor dan dikontrol oleh satu kekuasaan, tanpa konflik, tanpa luput dari rizki Sang Pengasih dan Penyayang, bahkan setiap tarikan nafas setiap mahluk hidup, dari renik renik hingga manusia yang hidup dialamnya ini semua dikontrol oleh Sanga Pencipta nya.

Kini saya tersadar ternyata bukan tanjakan yang harus dikalahkan tetapi sifat ego didalam diri. Kadang kita perlu mema'afkan diri ini karena tidak mampu menaklukan tanjakan Cinyirup dan menerima kebesaran alam yang merupakan representasi kebesaran Maha Pencipta.

Perjalanan dilanjutkan menanjak lagi kearah gunung. Karakternya single track.
Mampir di Masjid, tidak melewatkan sarana pemandian umum yang dialiri air gunung yang terus mengalir.....duhh kembali saya memujaNya sebagaimana seharusnya. Segarnya air ini ya Allah. Tidak mungkin bisa terhitung semua kenikmatan di trip kali ini.

Mengingat hari ini Jumat, dan jam sudah 10.30, saya segera bersiap kembali turun. Pantang kembali kejalur tadi. Seat post diturunkan pol, dengan bertelanjang dada (baju masih sangat basah) Patrol meluncur turun gunung. Lewat ke kampung Kadu Kebo (memutar ke barat), saya tahu di barat lagi ada kampung Pasir Gintung, ada single track, saya arahkan Patrol ke jalur ini. Wuihh single track ini banyak bercabang, bersyukur GPS bisa bantu navigate. Ho ho ho....dahsyat, menukik dan di bawah terdapat jurang berbatu seperti kali namun airnya sedikit. Terus menyelusuri single track dibawah kanopi hutan gunung karang ini. Teduh rimbun tidak terasa hari yang sebenarnya terik. GPS total tertutup signalnya. Jadi ingat... jalur ini seperti Gunung Pinang lewat belakang yang tembus ke Komplek Pejaten, bedanya udara disini sangat sejuk. Kalau punya nyali beberapa drop off bisa diterjang. Sempat dicoba he he he... sadar sadar.... lagi sendiri... (kalau jatuh gak ada yang nolong). Kalau hujan sih jangan harap pasti jadi perosotan.
Single track ini berakhir di Pasir Gintung jalur dilanjut menukik dijalan makadam ke Kampung Cengkel, sebenarnya jalur ini pernah di aspal. Tetapi karena terlalu terjal tidak ada roda 4 yang bisa lewat. Akhirnya jalur ini seperti single track yang ditumbuhi rumput lebat dikiri kanannya, tapi karakternya aspal kasar dan makadam. Ahhh turunan meliku liku bisa dirasa lebih panjang dan keluar di Pasekon dilanjut ke Cihaseum dan Kebon Kopi, trip survey ini berakhir di Alun alun pandeglang dan kembali ke peradabaan. Kemudian tersadar......masyaAlloh saya belum sempat pake baju!!!
Sebelum buru buru masuk belokan Pondok Nara, dari Alun Alun Pandeglang saya masih bisa menatap balik ke Gunung Karang, gunung gagah yang menantang, menjanjikan bonus bonus keindahan bagi siapa saja yang menjelajahinya. Bahkan kesegaran keimanan, insyaAllah.

Rencana sih ingin kembali.... semoga bisa besok dengan Adi Goweser dari Depok.


Pandeglang, 1 Januari 2010.
Edwin Sumiroza

Mohon maaf mr. Momod sangat panjang journal ini, semata hanya ingin berbagi dengan sesama pecinta MTB. Semoga bermanfaat dan bisa sama sama gowes kesana, someday maybe....

Track ini cocok bagi :
1. Pecinta XC? Berani turun ...berani nanjak....!
2. IPDN (Ikatan Pecinta Djalur Nanjak).
3. Untuk pecinta turunan AM sangat menjanjikan kedahsyatan. Syaratnya cari pick up yang bisa mengantar sampai ci nyirup. Drivernya jangan goweser, kesian kalo harus balik lagi!