Siswa Penggiat Bike To School:
Sehari hari menahan diri dari gelitikan 'konsumtif' bermotor ke sekolah,
Setiap hari meringis diperlakukan tidak adil di belantara lalulintas kota,
Setiap hari tabah dikentuti polusi knalpot rakus bbm.
Bukan, bukan kami tidak punya motor, bukan pula kami tidak mampu membeli bbm,
Hanya yang kami tahu, BBM akan habis dalam waktu singkat, disia-siakan kemacetan dan kemanjaan kota,
Semoga masih tersisa untuk adik adik kami esok......
Kami hanya bisa senyum melihat tingkah mereka. Tanpa sombong atau apapun, kami tidak punya lampu Kami hanya bisa senyum melihat tingkah mereka. Tanpa sombong atau apapun, kami tidak punya lampu “sign” untuk belok kanan atau kiri, tapi kami punya tangan dan kami tahu kapan mereka lewat serta apa yang harus kami lakukan, kami juga memakai helm, walau kami tahu 25km/jam itu adalah kecepatan maksimal kami di jalan raya, kami pun tahu kalau peraturan dibuat hanya berlaku untuk mereka, tapi haram bagi kami untuk melanggar peraturan tersebut.
Mereka dengan angkuh mengabaikan “bangjo”, kami hanya tertawa melihat kelakuan mereka dari samping. Sungguh rusak mereka, begitu pula dengan bangsa kita. Peraturan dibuat untuk dilanggar, anggapan mereka seakan acuh terhadap segalanya. Nyawa kami jauh lebih berharga daripada mereka, karena kami menghargai hidup, kami menghormati diri kami, berbeda dengan mereka.
Uang bukanlah alasan bagi mereka untuk bersikap angkuh. Kami tahu kalau kami tidak kena bayaran, tapi kami segan untuk meminta jalan dari mereka. Mengalah hanya satu-satunya jalan yang kami dapat lakukan, bukan yang lain. Luas 1×1,5 meter tidaklah besar bagi mereka, walau kami pun tahu kalau kami juga menghasilkan limbah karbon dioksida, sama dengan mereka. Percaya tak percaya, maka percayalah!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar