Minggu pagi pagi yang terbukti hadir justru 28 sepeda, ditambah tuan rumah: saya, junior dan Adi dari Depok jadi 31goweser. Usia rata rata didominasi goweser berumur ½ abad dengan jam terbang yang sudah seabrek, para suhu ini antara lain : Abah Soe, Mbah Kamil, P Hamzah, P Ragil, Arief KS, Wajie CRM, dan goweser gaek lainnya. Yang termuda ya… si Jaysha 14 tahun, bisa beruntung mengais pengalaman menyerap ilmu dari setiap trip mengantar tamu tamu khusunya goweser berpengalaman seperti kali ini.
Jalur disiapkan 80% single track dan country road, jalur aspal hanya diinjak saat menyebrang jalan. Cuaca cerah.
Tanjakan Pemanasan
Setelah diisi sarapan kue jojorong, bakwan dan lontong padat didorong teh manis, gowesers dikumpulkan untuk briefing dan do’a, tepat 08.00 goweser beriringan menuju alun alun, dan langsung pemanasan ke Juhut Hill, menggowes dari elevasi 180 ke 650 m dpl dengan jarak gowes 4,5 km tidak membungkam pecinta tanjakan ini apalagi teriakan anak anak dan ibu ibu (kenapa ibu ibu? Gak tahu emang gak kelihatan para suami sedang dimana….) semua memberikan semangat menonton atraksi penaklukan tanjakan ini makin membuat semangat goweser gaek makin membara.
Bahkan Pak Hamzah dengan kemiringan sepeda 45 derajat malah sempat sempatnya nanya nanya ke ibu ibu yang melongo dipinggir jalan“ Dik, lihat ada tanjakan disini?” Ibu itu malah jadi mangap takjub …. Ck ck ck…. Hebrat si babeh!
Robah Haluan
Semula rencananya pemanasan sejauh 4,5km ini akan berakhir dan dilanjut cooling down 2,5km menurun di single track tanah meliuk liuk bak Ayu Ting ting. Bukan hanya liukan jalur tanahnya yang dahsyat, tetapi jalan cabang jalur setapak ini bisa membuat goweser tersesat dan sering bertanya tanya alamat ‘dimanaaa dimanaaa……..’.
Tapi setelah dirembuk, dalam rangka memuaskan dahaga para aki aki IPDN (Ikatan Pecinta Djalur Nanjak) diputuskan tidak jadi turunkan seat post. Sebenarnya terbesit keraguan dihati, benarkah masih kurang tanjakannya? Benarkah benarkah…? Para aki aki itu serempak menjawab dengan mata berbinar dan mengangguk ngangguk seperti patric dan spong bob “iyyyyaaa, benaaaar….!”
Jalur dilanjut lagi untuk melahap sisa tanjakan yang 1,5km. Gowesers melesat mantap mengarah gunung karang.
Tapi ups…. Dibelakang sweaper lapor terdapat 5 goweser hilang! Rupanya bablas gak sabar dan tergoda Turunan Single Track Ayu Tingting!!! Gawat!!! Disusul tidak mungkin, akhirnya setelah kira kira mereka finish orgasme oleh liukan Ayu Tingting, Pa’ de Dar ditelpon untuk kembali nanjak dan kembali ke jalan yang benar! Pak Dar langsung nyaris semaput! Junior yang menunjukan jalur sesat ini sambil cengengesan mita maaf langsung memandu goweser hilang ini kembali kejalur yang benar, melingkar ke Cicadas karena tidaklah mungkin up hill dijalur turunan Ayu Tingting... He he he turunan tadi perlu dibayar 2km menanjak terjal melewati makadam.
Goweser lain didepan terus ngeboseh dengan low gear. Tanjakan 1,5 km menuju Cinyurup cukup pendek, tetapi mulai menunjukan keganasannya. Roda depan mulai ngangkat ngangkat saat pedaling, apalagi suspensi depan yang tidak di lock. Tapi bukan hanya tenaga yang bedas, aki aki ini penuh akal yang cerdas, sambil sig sag, badan dibungkukan kedepan, bahkan ada yang duduk diujung sadle handle bar terus ditekan menyerah dan tanjakan terus dilahap.
Alam memang bukan untuk dilawan, walau dalam perjalanan penuh deraan tanjakan sirah (tanjakan diatas kepala) satu persatu mulai putus nafas dan perlu cooling down. Belokan diatas cinyurup bukan menyembunyikan turunan, tetapi justru jalan pendakian beralas beton yang membuat goweser bertasbih langsung 5-5! Betis dan paha terasa seperti membatu dan membara. Akhirnya pelan tapi pasti 1,5 km dihabiskan dalam waktu 1,5 jam, Cinyurup Gn Karang bisa digapai GPS menunjukan elevasi : 800 m dpl. Tidak ketinggalan rombongan tersesat pun menyusul satu persatu kembali bergabung di puncak. Sejenak sambil tarik nafas kami menikmati pemandangan dilereng gunung karang nan indah. Terlihat alun alun pandeglang tempat kami start tadi. Hembusan oksigen dari reaktor yang suci bersih. Mendinginkan jiwa raga. Syukur kepada Sang Pencipta, kami diberikan hadiah ini, raga yang fit, dengan kemewahan oksigen yang melimpah... momen ini kami lewati dengan kebersamaan.
Down Hill yang sepadan.
Sama seperti tanjakannya, turun dari Cinyurup bisa dinikmati beberapa cara, ada turunan makadam dan jalur down hill tanah. Jalur down hill yang memikat menjadi pilihan untuk dituruni kali ini. Dulu jalur ini dilewati group TGP saat sedang hujan, tapi kini jalur ini... renyah dan garing! Drop off, sungai kering, akar pohon, pematang kebun dilewati goweser dibawah rindang pohon dengan kecepatan gelundung tinggi.
Aki aki narsis bukan hanya bedas ditanjakan, di pudunan curam tidak ragu merelease rem menikmati meliuk liuk dengan badan rebah dibelakang sadle.
Inilah keunikan jalur turunan Gn Karang, tersembunyi , penuh misteri, hanya dihadiahkan kepada goweser yang sudah menebusnya dengan bayaran sepadan. Sulit terekam GPS karena rapatnya kanopi hutan. Turunan sejenak terputus jalur CR dan kembali dilanjut jalur Turunan Ayu Tingting... goweser tidak terbendung turun melahap drop off terus ke Villa Gandarasa hingga finish di Pdk Nara.
Tercatat 17.8km, semua kembali dalam keadaan sehat walafiat. Disambut Nasi gonjleng, Nasi Timbel dan pesmol, tidak lupa sebelumnya didinginkan dengan es campur mang cawa yang melegenda...
Sore ini saya menulis catatan perjalanan ini sambil sesekali mengurut betis yang masih keras. Tidak mengapa, semakin membuat lengkap kesan kebersamaan di Gn Karang Pandeglang.
Terimakasih atas kunjungannya, para senior berbagi ilmu, saling asih asih mentertawakan diri kita sendiri. Indahnya kebersamaan. Thanks to my junior yang membantu Ayah memandu tamu and Bro Adi yang memberikan hiburan Up Hill Ci Nyurup: cukup Rp.3000.- (pake ojek.. he he he banyak cara ketawa di cinyurup, Di)
Pandeglang, 16 Oktober 2011